Saya akan membuatnya menjadi sedikit mudah. Tidak sederhana, tapi kuharap kau paham dengan apa yang akan kutulis.
Begini...
Saya punya masalah dengan kata sederhana. Apalagi jika berbicara tentang perasaan. Ets jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan! Ini bukan tentang perasaan yang kau pikirkan!!
Samapai detik ini saya merasa nyaman dengan perasaan saya sekarang. Belum ada secuil laku yang membuat saya memiliki hunian lain yang lebih nyaman dari perasaan saya sekarang kecuali sedikit. Tapi saya tidak akan melebih-lebihkannya, tidak akan meninggi-ninggikannya, kecuali jika Tuhan punya mau.
Maka,
Saya tidak ingin membuat kesengajaan-kesengajaan yang sederhana. Saya justru punya kebiasaan buruk: membolak-balikkan keadaan yang terjadi untuk melihatnya kembali ke angka 1 atau mungkin memang takkan kembali. Itu kusebut takdir.
Jika kelak menyesal rasanya, biarlah. Karena setiap keputusan punya celah untuk sesal mengintip. Apa yang beda? cih, bagiku itu sama saja.
Seperti yang kulakukan padanya. Sumpah demi apapun saya menyesal, tapi biarlah. Dan mungkin itu akan terjadi padamu (bergeserlah sedikit, Galang! bukan kau yang kutunjuk), lalu biarlah.
Suatu saat, mungkin saat dimana saya berhenti membolak-balik, berhenti mengobrak-abrik, mungkin itulah waktu saya. Tapi saya tahu itu takkan pernah terjadi dengan sederhana.
Kayu akan selalu menyempatkan diri untuk berkata sebelum api menjadikannya abu. Walau hanya dengan satu kata: setuju!
11/1/2014, lewat tengah malam.
MP3