Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Selasa, 03 Juni 2014

Past is Future

Kau pernah mendengar sebuah kisah roman, Galang? Kisah bahwa pada awalnya sebelum lahir ke dunia ini, bahkan sebelum memasuki alam rahim, kita pernah hidup di sebuah alam antah-berantah bersama dengan pasangan kita masing-masing. Ya pasangan, laki-laki dan perempuan. 

Di situ dikisahkan bahwa kisah cinta yang kita jalani di alam tersebut kurang lebih sama dengan apa yang terjadi di alam kita sekarang ini. Bertukar hadiah, cemburu, cek-cok, rayuan gombal, bertengkar, kemudian baikan, bertengkar lagi dan baikan lagi ya seperti itulah. 
Cuman bedanya di alam sana tidak ada perceraian. Semuanya akan menjadi pasangan sampai mati. Jadi gombalan semisal “Aku berjanji akan menemanimu hingga akhir hayat” itu terdengar seperti lagu Indonesia Raya saja di sana. Hanya akan dikumandangakan ketika kita kembali membutuhkan semangat untuk menjalani hubungan yang mulai menjemukan. Dinyanyikan pada waktu-waktu tertentu utnuk kembali mengingat perjuangan di awal karena bagaimanapun ini harus terus dijalani. Tidak berhenti. Sampai Akhir. Sampai maut datang.
Kau mengertikan apa yang kumaksud? Aih, aku memang tidak pandai memberi perumpamaan.
Pokoknya begitulah.

Aku yakin kau belum pernah membacanya. Aku menemukan kisah ini di pojok lemari sebuah perpustakaan yang tidak banyak diketahui keberadaanya oleh orang-orang. Ah, Aku selalu menyukai hal yang tidak banyak terjamah oleh orang lain.

Okai, aku lanjutkan.

Err…. Bagaimana cara mengisahkannya ya?
aku payah soal bernarasi, Galang!

Jadi ya seperti itu. Kau akan hidup dengan pasanganmu sampai kau mati. Satu orang satu, maksudku tidak ada poligami ataupun poliandri disana. Poli mata? Mungkin saja ada.
Jika kau bosan dengan pasanganmu, yang harus kau lakukan bukanlah meninggalkannya tapi mencari cara agar bosanmu pergi.
Jika kau marah, maka kaupun tak boleh memilih untuk mengganti pasanganmu.
Seketika kau menyebutkan sebuah nama pada ijab kabulmu, maka nama itulah yang akan terus menamanimu menjalani hidup. Tapi hal itu tidak membuat orang-orang di alam sana lantas takut untuk memiliki pasangan sedini mungkin, tidak. Justru prinsipnya adalah siapa cepat dia dapat ;) . Waw!

Lalu, ketika kau mati apa yang terjadi dengan pasanganmu? Bolehkah ia mencari pasangan (baru) lagi? TIDAK! TIDAK BOLEH! Itu melanggar hukum alam sana.
Pasanganmu akan menunggu. Menunggu apa? Menunggu kematiannya.
Hei hei, bukan bunuh diri maksudku tapi benar-benar menunggu hingga takdir yang membolehkannya mati.
Selama masa penantian itu, mungkin ia akan merana, ‘galau’ kata anak muda sekarang, susah move on, dan berbagai kesulitan hati lainnya.
Dan selama masa penantian itu juga, dia tidak boleh tinggal di rumah. Dia diwajibkan untuk berjalan-jalan dan memperhatikan alam disekitarnya termasuk manusia-manusia lainnya. Dan itulah kali pertama ia boleh meninggalkan rumah dan kota tempat ia tinggal. Iya, jadi selama kau masih punya pasangan, kau dilarang keras untuk bepergian jauh dari kotamu. Aturan yang aneh ya?

Lalu hingga maut menjemputmu, kau akan dibawa ke alam rahim seseorang yang sudah sejak lama mengharapkan kehadiranmu atau mungkin sama sekali tidak pernah mengharapkan kau muncul: Ibu. Jika kau berhasil lahir dan muncul ke alam dunia, maka saat itu juga jodohmu sebenarnya sudah diukir. Aku tidak bercanda, di buku itu memang dikatakan D I U K I R.

Coba lihatlah di telapak tanganmu, Galang! Disana ada ukiran inisial.
Kau tidak melihatnya? Tidak berhasil melihatnya belum tentu ia tidak ada, toh?

Dan inisial yang terukir di sana, di telapak tanganmu itu adalah inisial seseorang yang pernah kau sebutkan namanya (atau dia yang menyebutkan namamu) pada ijab Kabul di alam antah-berantah itu. Singkatnya, jodoh kita yang dulu adalah jodoh kita yang sekarang.
Kita akan kembali bertemu walau tidak saling mengingat lagi. Karena di alam rahim, memori kita telah dihapus untuk kembali dijadikan misteri. Ya, kita hanya perlu terus bergerak untuk kembali bertemu.

Well I’ll keep on walking
Till I find that old love or that old love comes to find me

Begitulah kisah yang tertulis di buku itu. Kau boleh percaya boleh juga tidak, Galang. Namanya juga cerita. Dan tentu akan lebih baik jika kau membaca buku itu sendiri daripada harus mendengarkan narasiku yang kacau balau ini.

Kisah itu ditutup oleh lagu the passenger, Keep on Walking. Lagunya begini, dengarkan ...
Well last night I couldn’t sleep
I got up and started walking
Down to the end of my street
And on into town
Well I had no one to meet
And I had no taste for talking
Seems I’m talking my whole life
It’s time I listen now

Well I walk passed the late night boys
With their bottles in the doorways
And I walk passed the business men
Sleeping like babies in their cars
And I thought to myself oh son
You may be lost in more ways than one
But I’ve a feeling that it’s more fun
Than knowing exactly where you are

Like a stone
Carried on the river
Like a boat
Sailing on the sea
Well I’ll keep on walking
Oh I’ll keep on walking
Till I find that old love or that old love comes to find me

Well I walked into the morning and felt the warm sunlight forming on my shoulders
Cos it hit me with no warning like a summer sky storming in my lungs
Ain't it funny how the kids walk by they’ll do anything to make themselves look older
While the women spend their money on anything that makes them look young

Like a stone
Carried on the river
Like a boat
Sailing on the sea
Oh I’ll keep on walking
Well I’ll keep on walking
Till I find that old love or that old love comes to find me

Well I’m a stone
And I’m carried on the river
Like a boat
Sailing on the sea
Oh well I’ll keep on walking
Well I said I’ll keep on walking
Till I find that old love or that old love comes to find me
Till I find that old love or that old love comes to find me



0 komentar:

Posting Komentar