Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Rabu, 26 Oktober 2016

3 Cerita Lama Untuk Galang #2

Kutinggalkan beberapa catatan lama untuk kau baca, Galang. Suatu hari jika berjumpa lagi, kita jadi punya bahan obrolan.
I miss anyhow.


17 Apr 2014

Kelas 1 nuansa VIP.


Baiklah, akan kukabari kesibukanku akhir-akhir ini.
Sok penting? Biar saja, feel free to unlike me.
Kau mau mendengarnya? dengarkan saja.

 Aku sibuk membuang-buang waktu dengan memikirkan tingkahmu. Mengapa kau begitu malas berkata? Padahal aturannya mudah saja. Kau tinggal mengalimatkan perasaanmu pada sebuah kolom yang dimana jika perasaanmu memerlukan kalimat yang panjang-panjang, maka fualaaahh kolom itu akan membesar dengan sendirinya. Aku menyebutnya kolom karet, elastis, asal tahu saja. Tidak mau tahu? Itulah masalahmu!

Apa asyiknya menjadi pendiam? Bagaimana caramu menahan gemuruh yang ada di otak dan hatimu? Anyway, kau tahu dimana letak hati? Ya, hati* (bukan hati**), kambing hitam yang selalu kau jadikan alasan bahwa ia sedang jatuh ketika menatap orang tertentu. Aku juga sedang sibuk memikirkan itu. Dimana ya? Apa prinsipnya sama dengan mengira-ngira dimana Tuhan berada?

Terakhir, aku hanya mendengarkan kalimat-kalimat pendek darimu. Semisal, “Kau jadi cerewet belakangan ini.” Ato yang ini, “oh ya, lalu?”. Kupikir, kau mengalami sariawan berkepanjangan.

Rajin-rajinlah mengunyah buah.


Jika tidak di-kolom-kolom itu, maka dimana kau menyimpan kalimat-kalimat itu?
Aku akan makin sibuk saja sepertinya.

*hati: sesuatu yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dsb). Ini kuambil random dari kamus.

**hati: organ badan yang berwarna kemerah-merahan dibagian kanan atas rongga perut. Berfungsi untuk menetralkan racun (kurasa itu yang tertulis di buku paket Biologiku semasa SMA). dan kurasa masih ada fungsi lainnya, tapi sori ilmuku melupa.

Oke, begitulah.
Ada pertanyaan?
******************************************************************************************************************
9 Des 2013
Kelak, mungkin kita akan menghentikan diskusi-diskusi tentang peliknya urusan birokrasi,
hukum yang pandang tebal-tipisnya dompet,
kurikulum pendidikan yang menjlimet,
Konspirasi disana-disini
dan juga labilnya ekonomi.

Kita tak butuh lagi terlihat pintar.

Yang kita butuhkan, mungkin, adalah (sedikit tentang) kesederhanaan.

Cerita tentang hujan yang akhir-akhir ini sering kehilangan jam tangan, kompas, atau segala benda yang bisa menunjukkan waktu dan arah karena kedatangannya yang tak terduga,
tentang meja makan dan isi dibalik tudung sajinya,
tentang pakaian kotor yang menumpuk,
tentang ayam-ayam yang mulai bertelur,
warna merah muda yang matching dengan abu-abu,
posisi lemari yang salah,
bunga-bunga yang mulai mekar,
atau mungkin warna langit yang tidak lagi sama.

PUTRI| apa ini juga bagian dari rencana?
apa kira-kira pendapat orang-orang tentang kita? apa itu penting bagimu?
**********************************************************************************************************************
23 feb 2012
Disini saya berdiri. di tempat yang sama. di atas tanah yang sama. di dalam bangunan yang sama. tapi selalu dengan perasaan yang berganti-ganti..

kepura-puraan seringkali menemani saya. Itu.. ketika saya bersama mereka. membahas bait-bait akan masa depan atau sekedar bicara ngalor ngidul untuk membunuh waktu. ya, kepura-puraan menemani saya disana. seringai senyum asal mereka bahagia, akan ku bagi.. aku bukan orang yang pelit.
betulkan?

teman lainnya bernama kesendirian. dalam sendiri kita berdiskusi. refleksi..
kesendirian selalu mengajarkan saya untuk jujur, jujur pada diri sendiri. jujur bahwa saya mau tersenyum, dan saya pun tersenyum. jujur bahwa saya mau nangis saja, maka saya pun menangis. tak ada yang mesti tertahan.
jujur itu memberikan andil bagi perasaan saya.

kepura-puraan dan kesendirian. dalam kesendirian tak ada kepura-puraan. cuman ada kejujuran. Maka,
menyendirilah.. maka akan kau temukan kejujuran

3 Cerita Lama Untuk Galang


Catatan 19 Desember 2013.

Sepertinya aku gagal menghangatkan beku. Terasa gigilnya masih menusuk kulit.

Kau masih diam. Aku juga diam.
Dan langit bersekongkol dengan kita.
Air hujan merintik, mengambil nada dasar, meritme, lalu seperti dikomando mereka memainkan musiknya.
Baguslah! paling tidak hujan tidak diam. Tapi kita punya alasan untuk semakin berdiam.

Aku tahu kau menyukai hujan dan diam. Karena diammu dalam hujan berisi doa.
"Perbanyaklah doa ketika hujan." saranmu.

Sekali, kita pernah berkompetisi dengan hujan sebagai garis start sekaligus finishnya, dan doa sebagai modalnya. Permainannya adalah: Siapa diantara kita yang lebih disayang Tuhan?
Aku berdoa. Kau pun berdoa. Jika doaku lebih cepat di-ijabah, berarti aku yang lebih disayang-Nya, dan begitupun sebaliknya. Jika doamu, maka kamulah yang lebih disayang.
(hahaha semudah itukah menebak 'perasaan' Tuhan?)

Kita masih diam.
Kau mengetuk-ngetuk meja. Aku larut dalam lamunanku. Tidak benar-benar melamun karena ekor mataku sigap mencuri pandang setiap senti gerakan yang kau ciptakan. Apa kau melakukan hal yang sama?

Ah, kau selalu terlihat lebih elegan saat diam.


PUTRI| ku kira yang kemarin itu adalah akhir. well, It's such a new brand of drug. welcome!!
***************************************************************************************

Catatan 29 Nov 2013


Segera setelah November berlalu
Beberapa inisial harus terhapus
Tanpa ada rasa simalakama
Hanya butuh ikat kepala yang lebih kencang
Dan mungkin ikat pinggang yang harus diberi tambahan lubang
Diameter perut makin menyusut rasanya

Segera setelah Desember berlalu
Beberapa buku harus kembali dibaca
Sebagiannya lagi harus segera diserap
Telinga harus senang berfungsi
Beberapa saran harus dipilah dan dipilih
Dengarkan dan taat
Bahkan jika kau pikir itu terdengar menggelikkan

Segera setelah Januari datang
Beberapa pola harus tergambar di agenda
Titik-titik harus segera dihubungkan
Abjad-abjad harus segera berdiri tegak
Tuliskan dengan yakin
Tanpa mengesampingkan berkahnya karena basmalah

Segera setelah April datang
Mei, Juni, Juli menyusul
Satu inisial seharusnya tidak lagi menjadi cameo
Kita tidak punya banyak waktu
misi kita bukannya mulia?
: 'membantu' Tuhan agar ke-Mahaan-Nya
tidak diraguan manusia-manusia skeptik. Pathetic.

Berencanalah.
Kebaikan yang random akan kalah oleh kejahatan yang terencana.


PUTRI| Dalam keadaan mengantuk tapi rencana harus segera terpasung.
Karena 20 akan segera bertemu dengan 14.
23 akan menjadi tamu yang tidak lagi biasa saja.
*************************************************************************************************************
Catatan 1 Ags 2014

Kau takkan mendapatiku di tengah ramai yang pilu.
Aku ada pada gempita yang merambat sepi. Diam terbalut beragam warna.
Pada awal sejenis kaku, tapi bukan itu.
Bukan pula congkak yang merangkak.
Hanya sunyi. Bernyanyi.

Sekali, sunyi yang harusnya menyita perhatianmu.
Bukan gempita yang kosong. Bohong.

Dengarkan!
Aku tak hilang pada awal.
Mungkin sekedar berbaur dengan angin.
Atau menyatu dengan tembok dinding kelas.
Mencuri pandang pada mata asingmu. Menerka. Tapi tak juga kau peka.

Sudahlah, kau butuh waktu.
Dan aku penunggu yang sabar, kurasa.


PUTRI, orang yang selalu disalahpahami tapi selalu menikmati kesalahapahaman orang :)

Hai, Agustus!

Senin, 15 Februari 2016

Adakah Saya Sedang Melakukan Tradisi?

Entah kenapa saya ingin menuliskan ini, Galang. Dan kenapa pula saya ingin membiarkan orang lain membacanya. Mungkin terpengaruh oleh tulisan-tulisan teman saya yang nyaris muncul setip saat di beranda akun facebook saya.

Tulisan ini diawali dengan payah. Saya terlalu sering menggunakn kata ‘saya’. Tak apa. Saya cuman ingin menulis kali ini.

Seorang teman menawarkan cuma-cuma cara untuk bisa istiqomah dalam menulis: jadikan itu sebuah tradisi, katanya. Kataku, itu seperti ibadah. Tapi ibadah jika hanya ditradisikan, maka ia akan hilang makna. Mungkin seperti juga menulis, entahlah aku tidak ingin membuat percakapan itu alot makanya urung kuminta konfirmasi dari temanku itu.

Saya bukan typical orang yang bisa dengan mudah membiarkan orang lain menerka apa yang sedang saya lakukan ataupun pikirkan dengan berulang kali meng-update status di media sosial. Itu pekerjaan sulit bagi saya. Tentunya ini hanya malasah selera, bukan siapa benar siapa salah. Tapi ketika mangkuk perasaan saya sudah tidak lagi mampu menampung perasaan itu sendiri, barulah kadang saya menuangkannya ke wadah yang lain.

Dulu... saya mampu menjadi orang lain untuk sekedar menuliskan apa saja. Mungkin, saking kosongnya.

Sekarang, saya hanyalah seorang perindu. Yang tidak mampu lagi hidup di dunia imajinasi saya. Saya terisi penuh dengan syair-syair rindu yang nyata.

***
Well, tulisan ini sama sekali tidak punya ‘isi’. Mungkin, karena saya tidak sedang ingin menciptakan suatu peradaban. Saya sedang tidak ingin diakui ‘ada’ oleh penduduk dunia. Tapi betapa saya mengharapkan penantian penduduk-penduduk langit akan keberadaan saya untuk bisa memecahkan celengan rindu saya ini.

Jangan salah sangka, saya tidak berharap mati secepat mungkin. Saya hanya ingin dinanti. Dinanti berarti dirindukan. Dirindukan harusnya berarti disayang. Kan?

Minggu, 03 Januari 2016

Resolusi 2016

"So, ada resolusi apa di tahun 2016?" tanya Galang sore tadi.

Aku bukan tipe orang yang suka menenggelamkan diriku pada resolusi-resolusi yang hanya akan berakhir di jurnal harianku. Im a litlle bit sceptic. Resolusinya ngalir aja. Apa yang ada di depan mata, itulah yang menjadi fokus.

Aku hampir menjawab itu pada Galang. Tapi baru saja aku hendak membuka mulutku, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Jawaban itu urung ku jelaskan.
Aku mengingat mama.

Menurutmu, jika kita merindukan seseorang yang telah meninggal, apa Malaikat Penyiksa akan menjalankan tugasnya di sana, Galang?
Jika itu yang terjadi, mungkin resolusiku tahun ini adalah berhenti mengingat yang sudah pergi. Berhenti menziarahi kenangan bersamanya. Aku tidak mau dia susah karena aku. Sudah cukup sekian tahun aku menyusahkannya.
Cukup mendoakannya saja. Tanpa ingatan yang berlebihan..

tuh kan...
aku masih perlu banyak belajar. Mulai membiasakan diri. Mencampakkan dengan tega jika aku mulai mengingatnya. Mengalihkan pikiranku jika wajahnya mulai muncul. Tugas yang berat. Tapi tak ada salahnya dicoba.
Dan kau, Galang, harus menjadi pengalih perhatianku. Bantu aku, please.
I beg you.
Oh, I compel you dude !