Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Sabtu, 08 Maret 2014

Pamrih

Jreng.... jreng... jrenggg... 

"Berisik tau!" Aku menutup telinga dengan kedua tanganku. Galang masih saja memainkan gitarnya sembarangan. Aku tahu seharusnya dia lebih dari mampu untuk memainkan satu lagu yang lebih baik dari itu.

I was a foolish little child 
Crazy things I used to do 
Mama now I'm here with you

Demi mendengar suaranya, kedua tanganku perlahan bergerak kebawah, membiarkan suara Galang mengisi rongga telingaku. Nah apa kubilang, suaranya memang te o pe be ge te !!

"Hey, aku lupa bertanya kabarmu hari ini. Apa kabar?"  Galang memotong lagu Maher Zein yang di-cover-nya, menyetop petikan gitarnya dan tetiba berbalik kearahku. Pertanyaannya tentang kabar bukanlah hal yang basa-basi, aku tahu itu. Aku tahu

Bahuku terangkat dan kemudian terhempas kebawah mengikuti gravitasi bumi yang semakin tua ini. "Entahlah. Biasanya kau lebih tahu daripada aku."

"Kalau kau mau tahu kabarmu, cobalah rasai apa yang kau pikirkan sekarang."

"Maksudmu?"

"Ya.. kita itu adalah apa yang kita pikirkan. Jika kau pikir ini sulit, maka kau akan berkata: kabarku buruk. Tapi jika kau punya cukup keberanian untuk berpikir bahwa ini adalah hal yang mudah, maka kau akan memilih untuk bilang bahwa kabarmu biasa saja. Pikiran kemudian perasaan, see?"

Aku menatap Galang. Tentu saja, tidak benar-benar melihat ke matanya tapi sesuatu diantara kedua matanya, pada pertemun kedua alisnya. "Apa aku cukup berani??" tanyaku kemudian.

"Harus! karena kau membutuhkannya."

Tatapanku beralih dari Galang menuju langit malam dimana warga bintang sedang berkeliaran. Banyak sekali dan... mereka terlihat sama. Seperti dikomando, mataku mencari bintang yang berbeda. Yang kerlipnya lebih cetar dari bintang yang lain. Atau itu yang disana, arah barat. Bintang yang sedang menyendiri, tak ada kawan. Tak ada yang mau berkawankah? atau dia yang memilih menjauh dari kerumunan? apapun itu, yang berbeda memang selalu menjadi perhatian.

"Aku... aku hanya khawatir, Galang. Khawatir kalau-kalau apa yang kulakukan sekarang hanyalah bentuk dari rasa terima kasihku, sekedar balas budi. Bukan karena benar-benar aku mencintainya. Masih tentang diriku, tentang aku dan aku, bukan tentang dia. Jika dia tidak ada, aku takut tidak ada lagi yang bisa menjadi tamengku. Lagi-lagi aku dan aku. Aku tengah mencintai diriku melalui dia. Ini tidak sehat, Galang!"

"All friendly feelings for others are an extension of man’s feelings for himself, Aristoteles." Kata Galang sembari sesekali memetik kecil senar gitarnya. "Itu lumrah, dan itu sehat. Seperti  ketika kau berdoa untuk orang lain. Doa itu akan memantul untuk dirimu sendiri. Sekarang, yang seharusnya kau lakukan adalah ikhlas. Balaslah kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik. Kebaikan yang baik adalah yang dilakukan dengan ikhlas.”

Aku menatapnya. Kurasa kali ini aku benar-benar menatap matanya.
Sementara dia, pandangannya beralih ke gitar dipangkuannya.

Saat kau proleh rasa dalam makna cinta
Dan hiraukan semua angkaraa...
Hanya satu buah kitab yang kami jawabkan
Terlalu banyak cinta kan binasa


"Tidurlah. Beranilah berpikir bahwa ini mudah."

Aku beranjak dari tempatku duduk menuju tendaku. Malam ini kami memutuskan untuk berkemah diantara halaman rumah kami.
Dari dalam tenda, aku masih bisa mendengar dengan jelas suara Galang.
Yang indah kau rasa
Yang manis kau beri
Walau itu hanya sementaraaa..
Lihat dirimu... semakin jauh mengayuh
Lewati segala tujuan hidup yang mungkin kau tempuh


Tentukan yang utama yang satu kau cinta
Kan jadi teman hidup yg setiaa..


Yang indah kau rasa
Yang manis kau beri
Walau itu hanya sementaraaa..
Lihat dirimu... semakin jauh mengayuh
Lewati segala tujuan hidup yang mungkin kau tempuh *)



*) Sheila on 7, Mari Bercinta


0 komentar:

Posting Komentar