Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Rabu, 01 Januari 2014

2014 katanya

Aku tidak melihatmu semalam. Apa kau merayakan malam pergantian tahun? Dimana?
Message send.
Aku merayakan malam setiap hari, Galang. Begitupun malam tadi.
Send.
Lalu, kau merayakannya dimana? Pelit sekali tidak mengajakku!
Send.
10 menit, tidak ada balasan.
Ah perempuan ini, selalu saja menggantung pertanyaanku.
*****
Apa kau hanya merayakan satu malam saja setiap tahunnya, Galang? Aku merayakan malam hampir tiap malam. Dimana? Tentu dimana saja aku sedang berada. Bisa di rumahku, di rumah nenek, di jalan, dimanapun itu. Tidak dengan riuh, kembang api, dan segala yang menyala-nyala. Kau tahu kan aku tidak suka menjadi manusia kebanyakan? Aku merayakan malam dengan sunyi karena itu yang diminta oleh langit malam. Kami berbincang dengan damai. Aku selalu mengiriminya surat-surat yang kuterbangkan dengan balon-balon gas hasil ‘rampasan perangku’ dari adikku. Karena ia , Si Langit Malam, tak punya handphone untuk kukirimi pesan-pesan singkat. Ia juga tak bisa turun kesini.
Kami berbincang apa saja. Kutanyakan kabarnya, kesehatannya, dan segala ke-kepo-an lainnya. SETIAP MALAM, tidak hanya malam tadi.
Dan dia membalasnya (do you believe that?). Tidak akan kukatakan bagaimana cara langit malam membalas pertanyaan-pertanyaanku karena ini rahasia kami berdua (sesekali aku butuh merahasiakan suatu hal darimu).
Tapi aku akan membocorkan suatu rahasia kepadamu. Pssttt… ini rahasianya si langit malam. Aku sudah meminta izin kepadanya dan dia membolehkan. Karena, katanya, kau adalah teman terbaikku.
Tahukah Galang, semalam, langlam (langit malam) curhat kepadaku. Katanya, sekali dalam setahun negaranya diserang teroris.  Ada bom dimana-mana. Duarrr duarrrr duuuarrrrr ledakan itu seperti berasal dari bawah tanahnya. Negaranya tak lagi sepi seperti yang ditakdirkan Tuhannya. Padahal, tugasnya adalah menyediakan ketentraman dan rasa tenang dengan warnanya yang hitam dan nuansanya yang sunyi. Tapi satu malam dalam setahun itu adalah mimpi buruk baginya. Ia tidak bisa menjalankan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia mencoba minta bantuan kepada Negara Hujan, tapi sepertinya teroris-teroris itu adalah pawang hujan yang ulung. Hingga hujan pun tertahan di malam itu. Entah, padahal hari-hari sebelumnya hujan begitu derasnya meluncur.
Bintang juga kehilangan romantismenya. Kerlap-kerlipnya tak langit banyak dihitung orang-orang. Mereka terdengar menghitung yang lain. Hitungan mundur, 10 hingga 1.
Dan bulan, entah dimana ia bersembunyi. Hilalnya pun tak nampak. Harusnya orang-orang memperdebatkannya. Menegaskan bahwa ini belumlah menjadi awal bulan baru.
Langit malam bersedih, Galang. Sayang ia tak punya akun facebook, twitter, path, dan segala lainnya untuk bisa berkisah. Kitalah yang perlu sedikit meluangkan waktu untuk memahaminya.
Dan tahukah Galang, kapan malam itu?
Binggo, kau benar! Semalam, saat kau dan kawan-kawanmu tengah melempar sampah-sampah berwarna-warni itu ke negaranya. Sejak kapan kau-yang-anak-manis punya niatan menjadi teroris?
Galang, jika kau punya waktu sebentaaaar saja, cobalah sapa langit malam dalam sunyi. Malam apa saja, senin, selasa, rabu, kamis, dan seterusnya tak jadi soal. Kau tak perlu mengkhususkan malam-malam tertentu untuk menghidupkannya (apalagi jika kau hanya ikut-ikutan, Anak Manis ;)). Kau hanya perlu menyapanya tanpa mengusik kewajiban dan kesenangannya. Dan sungguh, dia benar-benar hidup.
Send?
Ini terlalu panjang untuk menjadi sebuah pesan singkat. Akan kusalin ke kertas selembar, kulipat meyerupai pesawat-pesawatan, dan kuterbangkan ke rumah Galang. Siapa suruh menjadi tetanggaku. Kutebak, dia pasti tengah mengeluh karena pesannya yang belum kubalas. Haha aku selalu punya defenisi kebahagiaan tersendiri jika membuatnya menunggu.
Maaf slow respond. Keluarlah ke teras. 
Send.

0 komentar:

Posting Komentar